
PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Kris R Mada - Industri minyak dan gas, serta penerbangan dinilai lebih berbahaya dibandingkan keberadaan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN.
Dengan demikian, menurut Zulkarnain, penerbangan dan migas jauh lebih jelas bahayanya. "Jepang pernah jadi korban bom atom. Tetapi, mereka tetap punya PLTN. Kejadian di Fukushima bukan alasan untuk menghentikan PLTN. Ini seperti ada pesawat jatuh dan pesawat lain tetap diizinkan terbang. PLTN di Babel harus tetap dilanjutkan," tuturnya.Wali Kota Pangkalpinang Zulkarnain Karim menuturkan, potensi kecelakaan migas mencapai 1/10.000 setiap tahun. Artinya, ada potensi satu kecelakaan dari setiap 10.000 kegiatan. "Penerbangan lebih tinggi dengan 1/100.000 per tahun. Potensi kecelakaan PLTN hanya 1/1.000.000," tuturnya dalam diskusi soal PLTN di Pangkal Pinang, Kamis (17/3/2011).
Sementara pengampanye bidang energi Green Peace Indonesia Arifiyanto mengatakan, Indonesia masih punya alternatif lain untuk sumber energi. Indonesia punya banyak sumber panas bumi. "Potensi energi angin, panas matahari belum dimaksimalkan," tuturnya.- ~ Indonesia Belum Siap Bangun PLTN
- ~ Kapok Nuklir Jepang, Jerman Siapkan Uang Untuk Energi Terbarukan
- ~ Mikroba Penghasil Listrik
- ~ Hasil Produksi Energi Terbarukan Melebihi PLTN
- ~ Menristek : Energi Nuklir Kurangi Pemanasan Global
- ~ Pemerintah Maksimalkan Energi Terbarukan Sebelum Nuklir
- ~ Status Darurat Nuklir Jepang di Level Maksimum
- ~ KECELAKAAN PLTN Pesan untuk Optimalisasi Energi Terbarukan
- ~ Adakah Penghasil Energi yang Sungguh Aman?
- ~ Rusia-AS Berencanan Bikin Pesawat Ruang Angkasa Tenaga Nuklir